Bootstrap

Mendengarkan, Bereaksi, dan Menjauhi Amarah (Yakobus 1:19-21)

Tafsiran Alkitab / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
Listening james

Yakobus melanjutkan pedoman praktisnya dengan nasihat tentang mendengarkan. Orang Kristen perlu mendengarkan dengan saksama baik orang lain (Yakobus 1:19) maupun Allah (Yakobus 1:22-25). “Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” (Yakobus 1:19). Kita mendengarkan bukan sebagai kiat untuk memengaruhi orang lain, tetapi sebagai cara mempersilakan firman Tuhan “membuang segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak” (Yakobus 1:21). Yang menarik, Yakobus mengatakan bahwa mendengarkan orang lain—bukan hanya mendengarkan firman Tuhan—adalah sebuah cara untuk melepaskan diri kita dari kejahatan. Ia tidak berkata bahwa orang lain itu menyampaikan firman Allah kepada kita. Namun, ia berkata bahwa mendengarkan orang lain akan membuang amarah dan arogansi yang menghalangi kita untuk melakukan firman Tuhan yang disampaikan dalam Kitab Suci. “Kemarahan manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah… Terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatim, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu” (Yakobus 1:20-21). Ketika orang lain mengucapkan kata-kata yang tidak kita sukai—ketidaksetujuan, kritik, penolakan—mudah sekali untuk merespons dengan kemarahan, apalagi dalam situasi-situasi tekanan-tinggi di tempat kerja. Namun, berbuat seperti itu biasanya malah memperburuk keadaan kita, dan selalu merusak kesaksian kita sebagai hamba Kristus. Betapa lebih baiknya memercayai Allah yang akan membela kita, daripada kita membela diri sendiri dengan kata-kata amarah dan gegabah.

Nasihat ini berlaku untuk segala macam pekerjaan dan tempat kerja. Dalam literatur bisnis, mendengarkan sudah dikenal sebagai keterampilan kepemimpinan yang sangat penting.[1] Bisnis-bisnis harus mendengarkan dengan baik para pelanggan, karyawan, investor, masyarakat, dan para pemangku kepentingan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan orang lain yang sesungguhnya, organisasi-organisasi perlu mendengarkan orang-orang yang berharap kebutuhannya dipenuhi. Ini mengingatkan kita bahwa tempat kerja dapat menjadi tanah yang subur bagi pekerjaan Allah, seperti halnya Kekaisaran Romawi, meskipun di tengah kesulitan dan penganiayaan.