Bootstrap

Salomo Menggantikan Daud Sebagai Raja (1 Raja-raja 1-11)

Tafsiran Alkitab / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
King solomon 620 copy

Saat menggantikan Daud sebagai raja, Salomo menghadapi banyak sekali tugas dan kewajiban (1 Raja-raja 3:5-15). Ia menyadari betul bahwa ia tidak mampu menangani semua tugas itu (1 Tawarikh 22:5). Pekerjaan yang dipercayakan padanya begitu besar dan luas. Selain proyek pembangunan bait suci, ia harus mengurusi bangsa yang besar dan kompleks, "suatu umat yang besar, yang tidak terhitung dan tidak terkira banyaknya" (1 Raja-raja 3:8). Meskipun ia meningkatkan pengalaman tentang pekerjaan itu, ia sadar bahwa pekerjaan itu sangat kompleks dan ia tak dapat memikirkan tindakan yang tepat dalam setiap situasi. Ia memerlukan pertolongan ilahi: karena itu ia meminta Allah, "Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang penuh pengertian untuk menjadi hakim atas umatmu dan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat; sebab, siapakah yang sanggup menjadi hakim atas umat-Mu yang besar ini?” (1 Raja-raja 3:9). Allah mengabulkan doanya dan memberinya “hikmat dan pengertian yang sangat dalam, serta akal budi yang luas seperti pasir di tepi laut.” (1 Raja-raja 4:29).

Salomo Membangun Rumah Tuhan (1 Raja-raja 5-8)

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Tugas besar pertama Salomo adalah membangun Rumah Tuhan. Untuk mencapai karya arsitektur yang hebat ini, Salomo mempekerjakan tenaga-tenaga ahli dari segala penjuru kerajaannya. Tiga pasal (1 Raja-raja 5-7) dihabiskan untuk menjelaskan pekerjaan pembangunan Bait Suci itu, yang karena keterbatasan ruang akan kita pilih dan bahas sebagian kecil saja:

Salomo juga mempunyai tujuh puluh ribu kuli pengangkat barang dan delapan puluh ribu pemotong batu di pegunungan. Selain itu Salomo mempunyai tiga ribu tiga ratus pengawas yang mengepalai pekerjaan itu dan mengawasi rakyat yang melaksanakan pekerjaan itu. Raja memerintahkan agar mereka memecah batu-batu besar, batu-batu pilihan untuk membuat dasar rumah dari batu-batu yang dipotong itu. (1 Raja-raja 5:15–17)
Ia membentuk dua tiang tembaga, tiang yang satu delapan belas hasta tingginya dan dapat dililit dengan tali sepanjang dua belas hasta; demikian juga tiang yang lain. Dibuatnya juga dua kepala tiang dari tembaga tuangan untuk ditaruh di ujung tiang-tiang itu. Kepala tiang yang satu lima hasta tingginya dan yang lain juga lima hasta. Dibuatnya pula dua hiasan bercorak jaring untuk kepala tiang yang ada di ujung tiang itu, seperti untaian rantai; tujuh untaian bagi satu tiang dan tujuh lagi bagi tiang yang lain. (1 Raja-raja 7:15-17)
Salomo membuat segala perlengkapan yang ada di rumah TUHAN mezbah emas, meja emas tempat roti sajian; kandil-kandil dari emas murni di depan ruang terdalam, lima di sebelah kanan dan lima di sebelah kiri; kembangnya, lampu, dan sepitnya, semuanya dari emas; bejana-bejananya, pisau-pisau, bokor-bokor penyiraman, cawan-cawan, dan tungku-tungku perbaraannya, semuanya dari emas murni; engsel untuk pintu ruang terdalam, yakni Tempat Mahakudus, dan engsel untuk pintu ruang besar Bait Suci, semuanya dari emas. Lalu selesailah segala pekerjaan yang dilakukan Raja Salomo di Rumah TUHAN itu. Kemudian Salomo memasukkan barang-barang kudus Daud, ayahnya, dan menaruh perak, emas, dan segala perlengkapannya dalam perbendaharaan Rumah TUHAN. (1 Raja-raja 7:48-51)

Dari tenaga-tenaga ahli yang cakap hingga para pekerja rodi, orang-orang dalam kerajaan itu menyumbangkan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk ikut membangun Bait Suci itu. Dengan demikian, Salomo melibatkan banyak sekali orang untuk ikut membangun dan mendukung kerajaannya. Entah Salomo memang bermaksud demikian atau tidak, mempekerjakan sangat banyak orang dari semua lapisan masyarakat memastikan bahwa sebagian besar warganegara ikut berinvestasi pribadi dalam kesejahteraan politik, agama, sosial, dan ekonomi kerajaan.

Salomo Memusatkan Kekuasaan Kerajaan (1 Raja-raja 9-11)

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Tindakan masif nasional yang diperlukan untuk membangun Bait Suci membuat Salomo menjadi penguasa kerajaan yang kuat. Selama masa pemerintahannya, situasi militer dan perekonomian Israel bisa mencapai puncaknya, dan kerajaannya mencakup lebih banyak wilayah dibanding semua zaman lain dalam sejarah Israel. Ia berhasil mencapai sentralisasi kekuasaan negara, manajeman ekonomi, dan ibadah.

Untuk mendapatkan jumlah tenaga kerja yang cukup besar, raja Salomo mengerahkan pekerja dari seluruh wilayah Israel. Jumlah yang dikumpulkan sampai tiga puluh ribu orang (1 Raja-raja 5:13-14). Salomo tampaknya membayar orang Israel yang dikerahkan untuk bekerja itu (1 Raja-raja 9:22) sesuai ketetapan di Imamat 25:44-46, yang melarang memperbudak orang Israel. Namun, penduduk asing benar-benar diperbudak (1 Raja-raja 9:20-21). Selain itu, banyak pekerja didatangkan dari bangsa-bangsa di sekitarnya. Dari mana pun asalnya, beragam tenaga ahli yang sangat terampil dikumpulkan bersama-sama, termasuk ahli-ahli tukang terbaik yang ada pada saat itu. Kitab Samuel, Raja-Raja, dan Tawarikh—yang sangat tertarik pada pekerjaan raja-raja —tidak banyak berbicara tentang pekerja-pekerja ini kalau tidak berkaitan dengan Bait Suci. Akan tetapi mereka terlihat di latar belakang, melakukan semua yang mungkin dilakukan masyarakat.

Salomo tahu bahwa ketika pemerintah pusat berkembang, tenaga kerja yang semakin besar membutuhkan makanan. Para prajurit perlu dipelihara (1 Raja-raja 6:9-11), di samping para pekerja di semua proyek pembangunan Salomo. Birokrasi yang berkembang juga perlu diberi makan. Maka raja lalu mengatur negara menjadi dua belas sektor dan menunjuk seorang deputi sebagai pengawas di setiap sektor. Setiap deputi itu bertugas menyediakan seluruh jatah makanan yang dibutuhkan per bulan setiap tahun. Akibatnya, putri-putri bangsa itu dikerahkan untuk bekerja sebagai "juru masak dan tukang roti" (1 Samuel 8:13). Israel menjadi seperti kerajaan-kerajaan lain yang memberlakukan pekerja rodi, pajak yang berat, dan kelompok elit pusat yang memegang kekuasaan atas seluruh negeri.

Seperti yang telah dinubuatkan Samuel, raja-raja membawa pasukan yang sangat besar (1 Samuel 8:11-12). Militerisasi mendapat dukungan kekuatan penuh selama pemerintahan Salomo karena militer merupakan komponen yang sangat penting bagi stabilitas kerajaan. Prajurit dari setiap kepangkatan dari yang terendah sampai para jenderal semuanya membutuhkan senjata-senjata seperti lembing, tombak, busur dan anak panah, pedang, belati, pisau, dan ketapel. Mereka membutuhkan alat pelindung seperti perisai, ketopong, dan baju zirah. Untuk mengurus tentara berskala besar seperti itu, organisasi militer harus ditangani secara nasional. Berbeda dengan ayahnya, Daud, Salomo disebut "orang yang suka damai," tetapi kedamaian itu dijamin dengan kehadiran kekuatan militer yang terorganisir dengan baik dan dipelihara dengan baik.

Dari kisah Salomo kita melihat bahwa masyarakat tergantung pada pekerjaan sangat banyak orang, dengan berbagai struktur dan sistem yang mengatur produksi dan distribusi berskala besar. Kemampuan manusia untuk mengatur pekerjaan adalah bukti bahwa kita diciptakan segambar dengan Allah yang membawa keteraturan dalam kekacauan dunia (Kejadian 1). Alangkah tepatnya Alkitab menggambarkan kemampuan ini dalam pembangunan tempat pertemuan antara Allah dan manusia. Diperlukan kemampuan yang dari Allah untuk mengatur pekerjaan yang berskala cukup besar dalam membangun rumah Tuhan. Tidak banyak dari kita yang mau kembali memikirkan cara-cara mengatur Salomo—pengerahan tenaga kerja, kerja rodi, dan militerisasi—agar kita dapat bersyukur bahwa Allah memimpin kita kepada cara-cara yang lebih baik dan lebih efektif sekarang ini. Yang dapat kita petik dari episode ini barangkali adalah bahwa Allah sangat tertarik pada seni menyelaraskan pekerjaan dan kreativitas manusia untuk mencapai tujuan-tujuan Allah di dunia.