Bootstrap

Salomo Memusatkan Kekuasaan Kerajaan (1 Raja-raja 9-11)

Tafsiran Alkitab / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
Vienna 178467 640

Tindakan masif nasional yang diperlukan untuk membangun Bait Suci membuat Salomo menjadi penguasa kerajaan yang kuat. Selama masa pemerintahannya, situasi militer dan perekonomian Israel bisa mencapai puncaknya, dan kerajaannya mencakup lebih banyak wilayah dibanding semua zaman lain dalam sejarah Israel. Ia berhasil mencapai sentralisasi kekuasaan negara, manajeman ekonomi, dan ibadah.

Untuk mendapatkan jumlah tenaga kerja yang cukup besar, raja Salomo mengerahkan pekerja dari seluruh wilayah Israel. Jumlah yang dikumpulkan sampai tiga puluh ribu orang (1 Raja-raja 5:13-14). Salomo tampaknya membayar orang Israel yang dikerahkan untuk bekerja itu (1 Raja-raja 9:22) sesuai ketetapan di Imamat 25:44-46, yang melarang memperbudak orang Israel. Namun, penduduk asing benar-benar diperbudak (1 Raja-raja 9:20-21). Selain itu, banyak pekerja didatangkan dari bangsa-bangsa di sekitarnya. Dari mana pun asalnya, beragam tenaga ahli yang sangat terampil dikumpulkan bersama-sama, termasuk ahli-ahli tukang terbaik yang ada pada saat itu. Kitab Samuel, Raja-Raja, dan Tawarikh—yang sangat tertarik pada pekerjaan raja-raja —tidak banyak berbicara tentang pekerja-pekerja ini kalau tidak berkaitan dengan Bait Suci. Akan tetapi mereka terlihat di latar belakang, melakukan semua yang mungkin dilakukan masyarakat.

Salomo tahu bahwa ketika pemerintah pusat berkembang, tenaga kerja yang semakin besar membutuhkan makanan. Para prajurit perlu dipelihara (1 Raja-raja 6:9-11), di samping para pekerja di semua proyek pembangunan Salomo. Birokrasi yang berkembang juga perlu diberi makan. Maka raja lalu mengatur negara menjadi dua belas sektor dan menunjuk seorang deputi sebagai pengawas di setiap sektor. Setiap deputi itu bertugas menyediakan seluruh jatah makanan yang dibutuhkan per bulan setiap tahun. Akibatnya, putri-putri bangsa itu dikerahkan untuk bekerja sebagai "juru masak dan tukang roti" (1 Samuel 8:13). Israel menjadi seperti kerajaan-kerajaan lain yang memberlakukan pekerja rodi, pajak yang berat, dan kelompok elit pusat yang memegang kekuasaan atas seluruh negeri.

Seperti yang telah dinubuatkan Samuel, raja-raja membawa pasukan yang sangat besar (1 Samuel 8:11-12). Militerisasi mendapat dukungan kekuatan penuh selama pemerintahan Salomo karena militer merupakan komponen yang sangat penting bagi stabilitas kerajaan. Prajurit dari setiap kepangkatan dari yang terendah sampai para jenderal semuanya membutuhkan senjata-senjata seperti lembing, tombak, busur dan anak panah, pedang, belati, pisau, dan ketapel. Mereka membutuhkan alat pelindung seperti perisai, ketopong, dan baju zirah. Untuk mengurus tentara berskala besar seperti itu, organisasi militer harus ditangani secara nasional. Berbeda dengan ayahnya, Daud, Salomo disebut "orang yang suka damai," tetapi kedamaian itu dijamin dengan kehadiran kekuatan militer yang terorganisir dengan baik dan dipelihara dengan baik.

Dari kisah Salomo kita melihat bahwa masyarakat tergantung pada pekerjaan sangat banyak orang, dengan berbagai struktur dan sistem yang mengatur produksi dan distribusi berskala besar. Kemampuan manusia untuk mengatur pekerjaan adalah bukti bahwa kita diciptakan segambar dengan Allah yang membawa keteraturan dalam kekacauan dunia (Kejadian 1). Alangkah tepatnya Alkitab menggambarkan kemampuan ini dalam pembangunan tempat pertemuan antara Allah dan manusia. Diperlukan kemampuan yang dari Allah untuk mengatur pekerjaan yang berskala cukup besar dalam membangun rumah Tuhan. Tidak banyak dari kita yang mau kembali memikirkan cara-cara mengatur Salomo—pengerahan tenaga kerja, kerja rodi, dan militerisasi—agar kita dapat bersyukur bahwa Allah memimpin kita kepada cara-cara yang lebih baik dan lebih efektif sekarang ini. Yang dapat kita petik dari episode ini barangkali adalah bahwa Allah sangat tertarik pada seni menyelaraskan pekerjaan dan kreativitas manusia untuk mencapai tujuan-tujuan Allah di dunia.