Bootstrap

Penginjilan – Memberitakan Injil di Tempat Kerja (Tinjauan Umum)

Artikel / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
Evangelism share faith at work

Pemikiran bahwa setiap orang Kristen dipanggil untuk memberitakan Injil menggelisahkan banyak orang Kristen, karena kebanyakan dari kita merasa tidak berbakat untuk menjadi penginjil. Meskipun menjadi bagian dalam perjalanan iman seseorang itu menggetarkan, namun memulai percakapan rohani dengan rekan-rekan di tempat kerja dapat menimbulkan kecemasan besar.

Mungkin hal ini sedang Anda alami – dengan banyak alasan yang dapat dimengerti. Anda mungkin merasa tidak siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan rekan-rekan kerja pada Anda. Anda mungkin merasa memulai percakapan rohani di tempat kerja itu tidak cocok – atau begitulah yang Anda ketahui. Anda mungkin merasa agak terintimidasi dengan sikap-sikap bermusuhan terhadap Kekristenan yang ditunjukkan beberapa rekan kerja. Anda mungkin berpikir membagikan iman Anda bisa menimbulkan konflik dan membangkitkan perasaan negatif pada rekan-rekan kerja. Anda mungkin merasa tidak mampu karena—ehm, Anda tahu iman Anda sendiri belum patut dicontoh di tempat kerja.

Definisi Penginjilan Yang Dapat Dilaksanakan

Penginjilan adalah

proses organis terlibat secara intensional

pribadi-pribadi dalam perjalanan rohani mereka

bergabung dengan Roh Kudus

memerhatikan di mana Dia sudah bekerja

menolong pribadi-pribadi mengambil satu langkah lebih dekat kepada Allah

dan hidup baru dalam Kristus

menjadi cerminan unik dari gambar Kristus

sebagai orang-orang yang dibangkitkan, dimuliakan sesuai rencana Allah

Keberhasilan dalam penginjilan terus-menerus mengambil inisiatif, memakai karunia-karunia dan kesempatan-kesempatan yang diberikan Allah pada kita untuk menolong orang-orang mengambil satu langkah lebih dekat kepada Kristus.

Tetapi bagaimana jika Anda tahu bahwa menjadi bagian dari perjalanan iman seseorang kepada Kristus dapat dimulai dengan hal-hal sederhana seperti minum kopi bersama seorang teman, menghibur orang yang mengalami minggu yang kacau di tempat kerja, atau menawarkan bantuan kepada pimpinan atau rekan kerja yang sedang tertekan? Bagaimana jika kita sungguh-sungguh memercayai perkataan Yesus tentang mengabarkan Injil kepada orang lain?

  • Bagaimana jika kita percaya bahwa Yesus memberi kita kuasa untuk bertindak atas nama-Nya dalam memenuhi panggilan kita sebagai saksi-saksi-Nya di tempat kerja, bahwa “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi.” (Matius 28:18)?

  • Bagaimana jika janji-Nya benar bahwa “Penolong, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yohanes 14:26)?

  • Bagaimana jika kita yakin dengan kehadiran Kristus—bahwa Dia menyertai kita senantiasa di segala tempat, dan dalam setiap situasi (Matius 28:20)?

  • Bagaimana jika dalam interaksi-interaksi singkat dan bincang-bincang informal tentang iman kita, kita tahu Roh Kudus bekerja di hati dan pikiran orang untuk “menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman” (Yohanes 16:8)?

  • Bagaimana jika kita tahu bahwa kita tidak harus sempurna dan selalu mengatakan hal yang tepat – bahwa Allahlah yang bekerja untuk menarik orang kepada diri-Nya dan “tidak ada seorang pun yang datang kepada-Ku jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa” (Yohanes 6:44)?

  • Bagaimana jika kita mengerti bahwa dengan melakukan tugas kita dengan baik di tempat kerja, kita bisa menjadi terang bagi rekan-rekan kerja “supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Matius 5:16)?

Inilah yang dipercayai orang Kristen mula-mula dan cara mereka melihat peran mereka dalam memenuhi Amanat Agung untuk menjadikan murid di segala suku bangsa—yang mengubah dunia. Inilah kisah sukses komunikasi terbesar dalam sejarah manusia—bagaimana Injil tersebar sampai ke wilayah Mediterania dan akhirnya ke seluruh ujung bumi. Sesaat menjelang kenaikan-Nya ke surga, Yesus menjelaskan rencana strategis-Nya untuk menjangkau seluruh dunia dengan Injil Kerajaan Allah kepada para pengikut-Nya. Yesus mendekati mereka dan berkata “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Matius 28:18-20). “Tetapi kamu akan menerima kuasa bilamana Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kisah Para Rasul 1:8). Murid-murid abad pertama menerima tugas ini, dan pengikut Yesus berkembang dari beberapa ratus sebelum hari Pentakosta menjadi lebih dari enam juta jiwa pada akhir abad ketiga [1]—pertumbuhan yang luar biasa pesat menurut perhitungan siapa pun.

Tugas Memberitakan Injil

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Kita mungkin tergoda untuk percaya bahwa pertumbuhan eksponensial gereja mula-mula adalah hasil dari kotbah-kotbah dahsyat Petrus, Paulus dan beberapa pembicara berbakat lainnya yang pekerjaannya memberitakan Injil. Atau kita mungkin memuji strategi Paulus yang menargetkan pusat-pusat budaya penting dan menanam gereja-gereja yang dapat menyebarkan Injil ke seluruh daerah pedalaman di sekitarnya. Upaya-upaya ini memang patut diperhatikan – bagaimanapun semuanya tertulis di Alkitab [1] —tetapi yang jauh lebih penting adalah fakta bahwa orang Kristen mula-mula dari setiap etnis, gender dan lapisan masyarakat sangat bergairah untuk memperluas Kerajaan Kristus. Mereka berkomitmen untuk “bertindak sebagai duta-duta besar Kristus kepada dunia yang memberontak, apa pun konsekuensinya.”[2]

Orang Yang Pergi ke Gereja Percaya tentang Hal Membagikan Iman, tetapi Kebanyakan Tak Pernah Melakukannya

Studi yang diadakan LifeWay Research menemukan bahwa 80 persen dari orang yang pergi ke gereja sebulan sekali atau lebih, percaya bahwa mereka punya tanggung jawab pribadi untuk membagikan iman mereka, tetapi sebagian besar tidak pernah melakukannya.

Sejarah dan Perjanjian Baru menunjukkan bahwa Injil tersebar dengan sangat cepat di sepanjang rute-rute perdagangan, tempat-tempat umum, dan dari rumah ke rumah – atau dalam bahasa Yunaninya, dari oikos ke oikos. Oikos adalah unit sosial dan ekonomi dasar di dunia Yunani-Romawi —bukan hanya sebagai rumah tempat tinggal keluarga, tetapi sebagai tempat bisnis rumahtangga kecil di zaman kuno yang meliputi para anggota keluarga besar, karyawan, dan pelanggan yang sering datang ke tempat itu.

Melalui percakapan-percakapan informal di dalam dan di antara oikos-oikos inilah orang-orang percaya, laki-laki dan perempuan, memberitakan Injil kepada teman, kerabat, rekan kerja, kolega, pelanggan, murid, guru dan sesama prajurit – melalui jaringan relasi di tempat kerja mereka. Mereka bukan rohaniwan profesional, tetapi pekabar Injil informal.

Sejak di Kisah Para Rasul 8 kita sudah mendapati bahwa orang-orang yang terusir dari Yerusalem sebagai akibat penganiayaan sesudah Stefanus mati dibunuh sebagai martir bukanlah para rasul tetapi para misionaris “amatir” yang membawa Injil bersama mereka ke mana pun mereka pergi…. Penginjilan mereka tentu bukan mengajar secara formal, tetapi melalui percakapan informal dengan teman dan kenalan yang dijumpai secara tak terduga, di rumah-rumah dan kedai minuman, di jalan-jalan dan pasar-pasar. Mereka pergi ke mana saja sambil membicarakan Injil; mereka melakukannya secara alami, dengan antusias dan dengan keyakinan mereka yang tidak dibayar untuk mengatakan hal-hal itu.[3]

Sebagai akibatnya, tempat kerja menjadi medan paling strategis dalam pekabaran Injil gereja mula-mula. Saat ini, gereja Yesus Kristus juga sedang mengalami pertumbuhan eksponensial yang sama di Dunia Selatan – yang menimbulkan pertanyaan: Dengan adanya lebih dari 340.000 gereja [4] dan lebih dari 600.000 rohaniwan [5] serta 75 persen orang Amerika yang “mencari cara-cara untuk hidup lebih bermakna,” [6] mengapa populasi Kristen di Barat menyusut, sementara populasi non-religius meningkat? [7]

Dengan semakin jauhnya budaya Barat dari Kristus, kita bisa berasumsi bahwa menjangkau orang dengan Injil menjadi makin sulit. Dalam satu hal, ini benar. Memang makin sulit untuk mengajak orang pergi ke gereja, mendengarkan pemaparan Injil dari orang asing, atau menghadiri kebaktian kebangunan rohani. Tetapi pintu Injil tetap terbuka lebar melalui relasi-relasi pribadi. Sesungguhnya, penelitian-penelitian menunjukkan bahwa 90 persen anggota jemaat yang datang pada Kristus ketika mereka dewasa, menjadi percaya karena relasi mereka dengan satu atau lebih orang Kristen di luar gereja.[8] Inilah yang membuat tempat kerja sangat strategis. Di situlah sesungguhnya pekerjaan yang kita lakukan setiap hari tidak hanya berkontribusi bagi kemajuan umat manusia, tetapi juga memberi bukti nyata bahwa Injil benar-benar Kabar Baik.