Etika Kerja (Tinjauan Umum)
Artikel / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
		Catatan: Artikel "Tinjauan Umum" merupakan eksplorasi lengkap tentang topik-topik utama dalam teologi kerja. Jika Anda tertarik pada aspek tertentu topik itu, Daftar Isi bisa membantu Anda menemukannya dengan cepat.
Pendahuluan
Etika adalah tentang mengetahui dan melakukan apa yang baik atau benar, dan etika kerja adalah tentang mengetahui dan melakukan apa yang baik atau benar di dunia kerja. Bagi orang Kristen, ini berarti menggunakan Alkitab dan sumber-sumber iman Kristen lain dalam membantu memutuskan dan melakukan apa yang etis atau bermoral di dunia kerja. (Dalam artikel ini, "etika" dan "moralitas" digunakan secara bergantian)
Ada tiga pendekatan umum etika yang sudah digunakan secara luas dalam pandangan moral Kristen maupun di dunia pada umumnya. Pendekatan-pendekatan itu adalah 3C
Command/ Perintah — Bagaimana cara bertindak yang benar menurut aturan?
Consequences/ Konsekuensi — Tindakan apa yang paling memungkinkan hasil terbaik?
Character/ Karakter — Ingin menjadi orang bermoral seperti apakah saya? [1]
Yang membedakan etika Kristen bukan karena pendekatan yang digunakannya berbeda, tetapi karena membawa nilai-nilai alkitabiah dalam setiap pendekatannya. Ada perintah-perintah alkitabiah (yang juga disebut prinsip-prinsip), hasil-hasil yang diinginkan secara alkitabiah, dan ciri-ciri karakter alkitabiah (yang juga disebut kebajikan) yang perlu dibawa orang Kristen dalam keputusan, tindakan, dan perkembangan moral mereka.
Dalam mengembangkan etika Kristen, kita akan memikirkan bantuan apa yang disediakan dan diberikan Alkitab untuk setiap pendekatan ini. Kemudian kita akan meneliti apakah kita perlu menggabungkan ketiga pendekatan ini dengan cara tertentu untuk memberi kita pendekatan yang lebih seimbang dan terpadu. Akhirnya, kita akan memikirkan bagaimana hidup dengan realita bahwa dunia ini sudah jatuh atau tidak sempurna, dan bahwa hampir tidak pernah ada solusi yang sempurna.
Kita akan membahas pendekatan etika Kristen yang diterapkan di dunia kerja, tetapi kita tidak akan mencoba memberi jawaban atas isu-isu utama dalam etika kerja. Sebaliknya, kita akan mengembangkan prinsip-prinsip dan metode-metode etika Kristen yang dapat digunakan pembaca untuk menerapkan prinsip-prinsip itu pada berbagai masalah dan kasus.
Di sini kami memberi Anda pilihan dua presentasi yang berbeda dalam menyampaikan pendekatan-pendekatan ini. Ada pilihan untuk membaca narasi yang berupa studi kasus kehidupan nyata atau ada juga pilihan presentasi yang lebih sistematis tentang beberapa pendekatan yang berbeda. Pendekatan sistematis lebih singkat dan lebih abstrak. Pendekatan naratif lebih panjang dan menerapkan pendekatan-pendekatan ini pada situasi kehidupan nyata yang dihadapi penjual mobil bekas bernama Wayne Kirkland.
Klik untuk melanjutkan membaca  | Klik untuk melanjutkan membaca  | 
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, David. Pastoral Ethics. Oxford: Lynx, 1994.
Atkinson, David, dan David H. Field. New Dictionary of Christian Ethics and Pastoral Theology. Leicester, England, dan Downers Grove, IL: IVP, 1995.
Boulton, Wayne G. serta Thomas D. Kennedy dan Allen Verhey, penyunting. From Christ to the World: Introductory Readings in Christian Ethics. Grand Rapids: Eerdmans, 1994.
Burkett, Larry. Business by the Book. Nashville: Thomas Nelson, 1990.
Chewning, Richard C., John W. Eby and Shirley J. Roels. Business Through the Eyes of Faith. London: Apollos, 1992.
Cook, David. Moral Choices: A Way of Exploring Christian Ethics. London: SPCK, 2000.
Farley, Benjamin W. In Praise of Virtue: An Exploration of Biblical Virtues in a Christian Context. Grand Rapids: Eerdmans, 1995.
Gardner, E. Clinton. Biblical Faith and Social Ethics. New York: Harper and Rowe, 1960.
Gill, Robin. Churchgoing and Christian Ethics. Cambridge: Cambridge University Press, 1999.
Grenz, Stanley J. The Moral Quest. London: Apollos, 1997.
Hauerwas, Stanley. Vision and Virtue. Notre Dame: Fides/Claretian, 1974.
Hauerwas, Stanley. Character and the Christian Life: A Study in Theological Ethics. San Antonio: Trinity University Press, 1975.
Hauerwas, Stanley. A Community of Character: Toward a Constructive Christian Social Ethic. Indiana: University of Notre Dame, 1981.
Higginson, Richard. Called to Account. Guildford: Eagle, 1993.
Higginson, Richard. Questions of Business Life. UK: Spring Harvest, 2002.
Hill, Alexander. Just Business: Christian Ethics for the Marketplace. Downers Grove: IVP, 1997.
Hollinger, Dennis P. Choosing the Good: Christian Ethics in a Complex World. Grand Rapids: Baker, 2002.
Mackenzie, Alistair and Wayne Kirkland. Just Decisions. New Zealand: NavPress NZ, 2008.
Mackenzie, Alistair dan Wayne Kirkland. Where’s God on Monday? Christchurch, NZ: NavPress NZ, 2002.
MacIntyre, Alasdair. After Virtue: A Study in Moral Theology. Notre Dame: University of Notre Dame Press, 1984.
McLemore, Clinton W. Street Smart Ethics. Louisville/London: WJKP, 2003.
Maxwell, John C. There’s No Such Thing as “Business” Ethics. USA: Warner Books, 2003.
Murdock, Mike. The Businessman’s Topical Bible. Tulsa: Honor Books, 1992.
Murdock, Mike. The Businesswoman’s Topical Bible. Tulsa: Honor Books, 1994.
Nash, Laura. Believers in Business, Nashville: Thomas Nelson, 1994.
Rae, Scott B. and Kenman L. Wong. Beyond Integrity: A Judeo-Christian Approach to Business Ethics. Grand Rapids: Zondervan, 1996.
Rae, Scott B. Moral Choices: An Introduction To Ethics. Grand Rapids, MI: Zondervan, 1995.
Sherman, Doug and William Hendricks. Your Work Matters to God. Colorado Springs: NavPress, 1987.
Sherman, Doug dan William Hendricks. Keeping Your Ethical Edge Sharp. Colorado Springs: NavPress, 1990.
Stackhouse, Max L. “The Ten Commandments: Economic Implications” dalam On Moral Business, Max L. Stackhouse, Dennis P. McCann dan Shirley Roels, penyunting. Grand Rapids: Eerdmans, 1995.
Stassen, Glen H. dan David P. Gushee. Kingdom Ethics. Downers Grove: IVP, 2003.
Zigarelli, Michael. Management by Proverbs. Chicago: Moody Press, 1999.
Presentasi Etika Sistematis
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiPendahuluan
Pandangan Kristen tentang kerja agak unik/khas karena menekankan bahwa pekerjaan manusia pada akhirnya mendapatkan makna dan tujuannya dari karakter dan tujuan-tujuan Allah. Siapa Allah dan apa yang dilakukan-Nya itulah yang membentuk cara kita memandang dunia, tempat kerja dan pekerjaan kita di dunia, serta nilai-nilai yang kita pegang dalam bekerja. Dasar pemikirannya adalah menyadari bahwa Allah terus bekerja di dunia ini dan kita adalah para pekerja yang diciptakan menurut gambar- Nya dan diundang untuk bekerja sebagai mitra dalam pekerjaan Allah yang masih terus berlangsung. Kita bekerja untuk mendukung penggenapan tujuan-tujuan Allah melalui pekerjaan kita dan mencerminkan karakter Allah dalam cara kita bekerja. Pemahaman kita tentang realitas inilah yang membawa masuk perspektif-perspektif Kristen yang khas ini ke dalam pandangan kita tentang etika kerja. Namun, kita akan memulai dengan beberapa tinjauan etika yang lebih umum.
Definisi
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiKata "etika" berasal dari kata Yunani ethos, yang memiliki dua arti dalam pemakaian umum bahasa Yunani: kebiasaan atau adat, dan aturan atau hukum. Penggunaan di Perjanjian Baru mencakup kedua dimensi ini. Contohnya, di Kisah Para Rasul 25:16 kata itu biasanya diterjemahkan menjadi “kebiasaan" ("bukanlah kebiasaan pada orang-orang Roma untuk menyerahkan seorang"), sedangkan di 1 Korintus 15:33 diterjemahkan sebagai "moral" atau "karakter" ("Pergaulan yang buruk merusakkan moral yang baik" – diterjemahkan dari Alkitab bahasa Inggris versi NIV).
Kedua kata ini — etika dan moral — sering digunakan secara bergantian. Anda bisa berkata bahwa etika adalah studi atau ilmu tentang prinsip-prinsip moral yang mengatur atau memengaruhi perilaku kita. Dennis Hollinger berkata bahwa etika adalah “…studi sistematis tentang norma-norma yang benar dan salah, adil dan tidak adil, baik dan jahat, dengan tujuan menerapkan norma-norma ini dalam realitas hidup kita.”[1]
Kehidupan Kristen yang etis berkaitan dengan “…mengatur langkah-langkah kita dalam setiap situasi kehidupan berdasarkan komitmen-komitmen iman mendasar yang kita anut sebagai orang Kristen.”[2] Atau, menurut definisi lain: “Etika Kristen adalah upaya memberikan kerangka dan metode dalam membuat keputusan-keputusan yang akan menghormati Allah sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Suci, mengikuti teladan Yesus dan menanggapi Roh Kudus, untuk mencapai hasil yang mendukung tujuan-tujuan Allah di dunia.”[3]
Berbagai Pendekatan Etika
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiTINJAUAN UMUM
Kita perlu menempatkan pendekatan etika Kristen kita pada kerangka pemahaman berbagai pendekatan etika yang berbeda dan penalaran moral secara umum.[5] Ada tiga pendekatan berbeda yang paling sering diidentifikasi. Ketiganya dapat digambarkan secara singkat sebagai pendekatan perintah, konsekuensi, dan karakter.[1]
Pendekatan Perintah
Pendekatan perintah bertanya, "Apakah tindakan ini sendiri pada hakikatnya benar atau salah, menurut hukum/aturan?" Pendekatan ini sering disebut pendekatan deontologi (dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban atau aturan [2]). Pendekatan ini didasarkan pada proposisi bahwa tindakan-tindakan pada dasarnya benar atau salah, sebagaimana ditentukan oleh seperangkat aturan atau kewajiban. Perangkat kewajiban/aturan ini bisa diberikan oleh perintah ilahi, hukum alam, logika rasional, atau sumber lain. Dalam etika Kristen, kita tertarik pada perintah-perintah yang diberikan Allah atau yang disimpulkan secara logis dari penyataan-diri Allah dalam Alkitab.
Pendekatan Konsekuensi
Pendekatan konsekuensi bertanya, "Apakah tindakan ini akan mendatangkan hasil yang baik atau buruk?" Pendekatan ini sering disebut pendekatan teleologi (dari kata Yunani telos yang berarti akhir [8]) karena pendekatan ini berkata bahwa hasil akhir menentukan tindakan apa yang benar secara moral. Tindakan paling bermoral dapat ditentukan oleh: 
Apa yang akan menghasilkan kebaikan terbesar? Salah satu contoh pendekatan teleologis yang terkenal adalah Utilitarianisme,[3] yang mendefinisikan kebaikan terbesar sebagai apa saja yang akan mendatangkan kebahagiaan terbesar bagi sebagian terbesar manusia.
Apa yang paling mendukung kepentingan pribadi seseorang? Sebagai contoh, sistem yang dikenal sebagai Egoisme Etis [4] berasumsi bahwa cara yang paling memungkinkan untuk mencapai kepentingan terbaik semua orang adalah dengan setiap orang mengejar kepentingan terbaiknya sendiri, dalam batas-batas tertentu.
Apa yang akan mendatangkan hasil akhir yang paling sesuai dengan maksud Allah atas ciptaan-Nya? Pendekatan ini dapat berfokus pada tujuan yang lebih rendah, seperti mencapai kualitas hidup yang lebih baik bagi orang cacat, maupun tujuan tertinggi/utama, seperti memuliakan Allah dan menikmati-Nya selamanya. Dalam hal situasi yang rumit, pendekatan ini berusaha memperhitungkan tindakan-tindakan mana yang akan memaksimalkan keseimbangan kebaikan atas kejahatan.
Karena kebahagiaan maupun kepentingan pribadi bukanlah hasil tertinggi yang Allah inginkan bagi ciptaan-Nya, maka Utilitarianisme maupun Egoisme Etis biasanya tidak dianggap sebagai bentuk etika Kristen. Namun, ini tidak berarti konsekuensi-konsekuensi tidak penting secara etis bagi Allah, sama seperti fakta bahwa adanya sistem-sistem aturan yang tidak akitabiah tidak berarti perintah-perintah yang etis tidak penting bagi Allah.
Pendekatan Karakter
Pendekatan ini bertanya, “Apakah pelaku orang baik dengan motif-motif yang baik?” Dalam pendekatan ini, tindakan paling bermoral ditentukan oleh pertanyaan-pertanyaan tentang karakter, motif, dan kesadaran bahwa individu-individu tidak bertindak sendiri karena mereka juga bagian dari komunitas-komunitas yang membentuk karakter, sikap, dan tindakan mereka. Pendekatan ini sering disebut etika kebajikan.[11] Sejak permulaan era Kristen, kebajikan telah diakui sebagai unsur esensial dalam etika Kristen. Namun, sejak zaman Reformasi sampai akhir abad ke-20, etika kebajikan — seperti halnya etika konsekuensi — tertutupi oleh etika perintah di banyak pemikiran etika Protestan.
Lalu bagaimana ketiga pendekatan yang berbeda ini diterapkan pada etika Kristen?
