Bootstrap

Pendekatan Konsekuensi

Artikel / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
The consequences approach ethics

Pertanyaan mendasar yang diajukan pendekatan konsekuensi adalah, "Apakah ini akan mendatangkan hasil yang baik?” atau "Opsi mana yang akan mendatangkan hasil terbaik?" Tidak seperti pendekatan perintah (yang opsi terbaiknya ditentukan oleh aturan yang menentukan kebaikan yang melekat pada suatu tindakan), pendekatan konsekuensi ditentukan oleh hasil. Hasil akhirlah yang menentukan tindakan apa yang paling bermoral. Ini melibatkan upaya mengantisipasi dan memperhitungkan hasil-hasil dari berbagai tindakan yang berbeda dan memilih yang benar-benar baik atau seterbaik mungkin.

Alkitab dan Konsekuensi
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Karena begitu banyaknya orang yang memikirkan etika dalam kerangka Sepuluh Perintah Allah, dan menganggap Alkitab sebagai buku aturan, mungkin mengejutkan mendapati betapa sering Kitab Suci sendiri mendorong pembacanya untuk memikirkan konsekuensi-konsekuensi dari tindakan mereka dan membiarkan hal ini memengaruhi pengambilan keputusan mereka.

Sebagai contoh, kitab Amsal berisi banyak peringatan dan janji-janji — pepatah-pepatah sarat makna yang memaparkan kemungkinan hasil dari tindakan tertentu. Contohnya, Amsal 14:14 berkata, "Orang yang murtad hatinya akan kenyang dengan langkah-langkahnya, dan orang yang baik dengan apa yang ada padanya."

Yesus juga memperingatkan para pendengar-Nya untuk menimbang dengan hati-hati konsekuensi dari setiap keputusan mereka. "Dari buahnyalah kamu akan mengenali mereka" (Matius 7:16). Bahkan, dalam satu hal, seluruh kehidupan dan pelayanan Yesus dapat dipandang sebagai contoh nyata tentang membuat keputusan untuk kebaikan yang lebih besar.

Ucapan Bahagia juga memperlihatkan aspek konsekuensi yang tersirat — jika kamu ingin "dipuaskan" maka haus dan laparlah akan kebenaran, dst. (Matius 5:6). Begitu pula dengan banyak pesan Kotbah di Bukit lainnya, seperti:

Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga. (Matius 5:16)
Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pengawal dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. (Matius 5:25)
Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. (Matius 6:3-4)
Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. (Matius 6:15)

Memikirkan konsekuensi merupakan pendekatan alkitabiah yang penting dalam kita mengambil keputusan etis. Namun, ada juga sejumlah potensi jebakan dalam pemikiran itu ketika akan menjawab, "Apa yang baik?" "Baik untuk siapa?" "Apakah tujuan yang baik selalu membenarkan cara?" "Apakah konteks memengaruhi apa yang baik?" Mengukur yang baik tidaklah sesederhana yang kelihatan.

Klik di sini untuk bergabung dalam pembahasan mendalam tentang penerapan praktis etika pendekatan konsekuensi yang terdapat dalam narasi studi kasus Wayne. Setelah membacanya, Anda akan menemukan tautan untuk kembali ke sini. (Tautan ke bagian studi kasus "Mengukur Yang Baik").