Persaingan Itu Esensial di Dunia Kerja
Artikel / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
Persaingan Memberi Pilihan Yang Menggiatkan Produktivitas Ekonomi
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiPersaingan terjadi ketika ada pilihan. Jika pembeli memiliki pilihan tentang produk apa yang akan dibeli dan dari siapa akan dibeli, maka para penjual berada dalam persaingan dengan satu sama lain, begitu pula para pembeli. Persaingan dapat terjadi dalam berbagai jenis aktivitas manusia—atletik, akademis, romantis, dan lain sebagainya—tetapi di sini kita akan berfokus pada persaingan ekonomi karena peran utamanya dalam hal kerja.
Kebutuhan untuk membuat pilihan, dan karenanya kebutuhan untuk bersaing, melekat pada keterbatasan, dan karenanya akan selalu ada pada manusia meskipun tidak/belum jatuh dalam dosa. Kita terbatas pada ruang, waktu, dan sumber daya, sehingga kita harus membuat pilihan tentang hal-hal apa yang akan dipakai untuk tujuan apa. Sebagai contoh yang sangat sederhana, Anda tidak bisa pergi ke acara pertandingan sepak bola pukul 8 malam dan tinggal di rumah untuk membaca buku pada pukul 8 malam. Pertandingan sepak bola dan buku bersaing untuk mendapatkan waktu dan (biasanya) juga uang Anda. Dalam arti yang lebih luas, segala sesuatu yang akan menghabiskan waktu dan sumber daya Anda bersaing dengan segala hal lain yang bisa menghabiskan waktu dan sumber daya Anda. Anda harus memilih di antaranya, dengan keterbatasan waktu dan sumber daya yang Anda miliki.
Sistem yang membuat pembeli bisa bebas memilih di antara para penjual dan produk-produk yang bersaing ini disebut "ekonomi pasar". Pembeli memilih dari sejumlah produk, yang masing-masing diberi harga yang menurut pikiran penjual akan menimbulkan penjualan. Dengan menawarkan sejumlah produk, dan dengan menaikkan dan menurunkan harga, pasar yang terstruktur-rapi melayani masyarakat dengan menunjukkan berapa banyak dan jenis apa saja barang dan jasa yang diinginkan orang seperti apa dan dalam kondisi apa – informasi yang kita perlukan agar kita dapat mengatur kerja kita untuk saling melayani. Ini bukan hanya karena kita kurang memiliki kapasitas komputasi (untuk melakukan penghitungan) yang diperlukan – masalah yang bisa diatasi dengan kemajuan di bidang komputasi. Melainkan, karena satu-satunya cara yang memungkinkan untuk mengumpulkan informasi ini adalah dengan mengukur pilihan-pilihan yang akan dibuat orang ketika mereka bebas untuk memilih. Inilah tepatnya yang dilakukan pasar. Itulah sebabnya banyak yang benar-benar menyebutnya sebagai "riset pasar". Informasi yang diperlukan untuk mengatur semua aktivitas ekonomi manusia secara kolektif tidak dapat dikumpulkan dengan cara lain, karena memang tidak ada yang memiliki informasi itu. Katakanlah Anda melihat sepotong roti seharga Rp 15.000 dan membelinya. Apakah Anda akan membelinya jika harganya Rp 14.000? Rp 10.000? Rp 20.000? Rp 40.000? Tidak ada yang tahu. Anda sendiri pun tidak tahu, karena Anda tidak memikirkannya. Informasi itu tidak ada dan tak mungkin ada selain hanya memilih apakah akan membelinya. Tetapi memiliki informasi ini – bukan hanya untuk Anda sendiri tetapi untuk setiap konsumen roti, dan tidak hanya untuk roti tetapi untuk semua produk yang mungkin Anda beli yang bukan roti – diperlukan untuk mengatur produksi roti secara kolektif.[1]
Allah yang memiliki pengetahuan tak terbatas tentu saja dapat memerintahkan produksi dan distribusi yang sangat tepat tanpa memerlukan pasar. Tetapi, kecuali dan sampai Allah melakukannya, manusia harus memilih produk dan layanan yang tampaknya terbaik, mengingat keterbatasan waktu dan sumber daya yang mereka miliki. Ketika setiap kita menawarkan produk dan layanan kita kepada satu sama lain, kita pasti akan saling bersaing untuk menawarkan opsi-opsi yang paling menarik.
Persaingan Mendapat Tempat di dalam Alkitab
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiTerlibat dalam persaingan ekonomi tampaknya dibolehkan dalam Alkitab. Deskripsi tentang wanita saleh di Amsal 31 memujinya berulang-ulang karena terlibat dalam transaksi ekonomi di pasar yang bersaing. Ia memberi dengan murah hati kepada orang-orang yang kesusahan (Amsal 31:20) tetapi ia juga pintar dalam membeli (Amsal 31:13, 14, 16) dan menjual (Amsal 31:18, 24, 28). Usahanya menguntungkan (Amsal 31:18) dan keluarganya mendapat kekayaan (Amsal 31:11) dan kedudukan sosial (Amsal 31:23, 31). Kata Ibrani yang diterjemahkan “menguntungkan” di Amsal 31:18 merujuk secara khusus pada keuntungan yang didapat dari transaksi pasar. [1] Barang-barang yang ia jual dengan sangat menguntungkan diakui sebagai kontribusi bagi masyarakat (Amsal 31:31).
Seperti kita ketahui, pasar-pasar secara alami selalu bersaing, dan Yesus tampaknya bekerja dalam bisnis yang barang-barangnya dijual di pasar (Markus 6:3), seperti juga Paulus (Kisah Para Rasul 18:3) dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya. Paulus berbicara tentang membeli di pasar (1 Korintus 10:25) sebagai aktivitas sehari-hari yang bisa kita lakukan. Kita menemukan hal ini tercermin dalam banyak referensi ayat Kitab Suci tentang membeli dan menjual; aturan perdagangan dalam hukum Perjanjian Lama (seperti di Imamat 19 dan Ulangan 25) dan keprihatinan tentang keadilan dalam kitab nabi-nabi (seperti di Yeremia 5:27-29 dan Yehezkiel 18:7-13), sastra dan puisi tentang hikmat (seperti Mazmur 94 dan Amsal 20), serta kelanjutan dari keprihatinan-keprihatinan ini di Perjanjian Baru (seperti di Matius 25 dan Yakobus 4). Regulasi-regulasi ini menunjukkan bahwa persaingan berpotensi melukai orang—hal yang akan kita bahas sebentar lagi—tetapi juga bahwa firman Allah mengatur persaingan dan bukan meniadakannya.
Mengingat potensi manfaat dari ekonomi pasar, tak heran jika Alkitab rupanya membolehkan umat Allah terlibat dalam persaingan. Jika tidak, orang-orang percaya hanya dapat berpartisipasi dalam ekonomi komando (terpusat). Ini tidak berarti Alkitab menetapkan semacam persaingan ekonomi yang tidak terbatas, yang saling menjatuhkan atau "yang menang berhak mengambil semua keuntungan". Melainkan, ini menunjukkan bahwa pertanyaan "Bagaimana Allah ingin kita terlibat dalam persaingan?" dapat menjadi jawaban yang bermanfaat.
